Friday, January 20, 2012

HAKIKAT QALBU DAN RUH


QALBU
Ketika nafsu sudah reda dari perbuatan-perbuatan maksiat-maksiatnya & mulai tenang karenanya, namun terkadang masih berubah-ubah diantara sadar & lalai, atau antara ingat & lupa antara dorongan taat & maksiat, maka ia dinamakan “Qolbu”. 
Orang yang ruhnya sudah sampai derajat qolbu maka ia sudah dapat meninggalkan perbuatan-perbuatan maksiat & dosa dengan ringan & tenang, karena dorongan-dorongan hawa nafsu untuk berbuat maksiat & dosa sudah mulai reda dari dirinya. Bahkan ia merasa malu kepada Allah jika muncul keinginan berbuat maksiat, serta gelisah hatinya jika berbuat khilaf.

Rosulullah SAW bersabda : “Ketika kamu tidak merasa malu, maka berbuatlah apa saja yang kamu kehendaki” (HR. Bukhari & Muslim). Ini menunjukkan bahwa jika ruh sudah sampai derajat qolbu, maka akan tumbuhlah rasa malu kepada Allah yang akan menjadi benteng yang sangat kokoh dari keterjerumusan kepada perbuatan nista & dosa. Ibadah bagi orang yang berderajat qolbu sudah terasa indah & nikmat. Sholat & dzikirnya khusyu’, do’a & munajatnya sungguh-sungguh, amalnya ikhlas, pembicaraanya bermakna & akhlaknya mulia.

Seorang mukmin yang derajat ruhnya sudah naik ke derajat qolbu maka hatinya sudah mulai dimasuki “Nurullah” atau “Cahaya-cahaya Allah”, hidayah & ilmu karunia-Nya meresap & bercahaya di dalam qolbunya, sehingga ia dapat dijadikan tempat bertanya & meminta fatwa. Rasulullah SAW bersabda :”Mintalah fatwa kepada qolbumu. Kebaikan itu adalah yang menentramkan nafsu & qobu, sedangkan dosa adalah yang menggelisahkan nafsu & meresahkan qolbu” (HR. Ahmad).

Mukmin yang ruhnya sudah sampai derajat qolbu, maka keimanannya kepada Allah & Rosul-Nya begitu suci, kokoh & mendalam, mendahului akal & pikirannya. Satu ayat Allah yang ia dengar atau baca akan langsung bersinar & mencahayai dirinya, mencahayai orang yang di sisinya, mendorong amal & membangkitkan semangat berjuang di jalan-Nya. Bahkan ayat-ayat Al-Qur’an yang telah ia baca walaupun akalnya belum sampai pemahamannya atau bukti belum ditemukannya, jika itu adalah berita atau janji dari Allah, ia akan mengimani & meyakininya.

Para sahabat Rasulullah SAW adalah gambaran pribadi-pribadi berderajat qolbu ini. Sesaat setelah masuk Islam, satu ayat Al-Qur’an yang ia dengar atau baca, kemudian satu taushiah Rasulullah yang ia terima akan merubah kepribadiannya, membangkitkan amalnya & mengobarkan semangat jihadnya. Tidak sedikit sahabat Rasulullah SAW yang telah menjadi “Pahalawan Islam” yang luar biasa jasanya dalam dakwah Islam walaupun belum sempat khatam Al-Qur’an, karena beliau syahid di medan jihad sebelum Al-Qur’ an selesai diturunkan. Diantara sahabat tersebut adalah Mush’ab Bin Umair, Hamzah Bin Abdul Muthalib, Zaid Bin Haritsah, Abdullah Bin Rawahah & Ja’far Bin Abi Thalib.

Allah SWT berfirman :“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut asma Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayatayat- Nya, maka bertambahlah iman mereka (karenanya)” (QS.8. Al-Anfaal : 2). “Ruh” yang sudah sampai derajat “Qolbu” senantiasa “Tawajjuh”, menghadap Allah SWT baik dalam keadaan berdiri, duduk maupun berbaring. Hamba-hamba Allah yang berqolbu bersih atau selamatlah yang akan beruntung & mulia di saat menghadap Allah di akhirat kelak. Allah SWT berfirman :”Pada hari yang tiada gunanya harta benda & anak-anak, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan qolbu yang selamat” (QS.26. As-Syu’araa’ : 88-89).

RUH
Ketika qolbu sudah disinari cahaya-cahaya “Tawajjuh”, terus-menerus cahaya tawajjuh itu datang ke dalamnya, kemudian ia merasa tenang menghadap Allah & tuma’ninah di dalam dzikir kepada-Nya, maka ia dinamakan “Ruh”.

Ruh yang telah sempurna sebagai ruh. Ruh akan senantiasa merindukan saat-saat “Tawajjuh”, yaitu saat-saat menghadap & mendekat kepada Allah. Ia akan merasakan ketenangan yang tidak terkira di saat dzikir, ibadah & aktifitas amal-amal sholih lainnya. Di dalam sholat ia sangat menikmati & hanyut dalam khusyu’ saat menggetarkan kalimat “Inni Wajjahtu Wajhiya Lilladzi Fathorossamaawaati wal ardho …” yang artinya “Sesungguhny aku menghadapkan wajahku (beserta seluruh jiwa ragaku) ke Hadirat Dzat Yang Menciptakan langit dan bumi …..”. Tawajjuh yang sungguh-sungguh ini disambut oleh Allah yang kemudian memancarkan ke dalam dirinya cahaya-cahaya “Muwajahah”, yaitu cahaya menghadap-Nya Allah untuk menerima tawajjuh-nya ruh seorang hamba.


Jadi “Ruh” adalah permulaan tempat bersinarnya cahaya-cahaya “Muwajahah”. Jika Allah sudah memancarkan cahaya “Muwajahah” ke dalam ruh seorang hamba-Nya, maka mulailah tersingkap hijab dari dirinya & terbukalah pintu untuk masuk ke Hadirat Allah, Dzat Yang Paling Dicintai oleh seorang hamba. Orang yang sudah sampai derajat “Ruh” ini, terkadang mulai muncul dalam kehidupannya “Khoriqul ‘Adat”, yaitu hal-hal yang diluar kebiasaan kebanyakan orang, baik yang berupa “Ma’unah” atau “Karomah”.

Ma’unah adalah pertolongan Allah yang diberikan kepada orang-orang mu’min yang taat & istiqomah, sedangkan “Karomah” adalah pertolongan & penghormatan dari Allah kepada para “Waliyullah”. Waliyullah ialah orang-orang yang sangat dicintai dan disayangi oleh Allah SWT. Ia dikaruniai oleh Allah kesanggupan sholat, dzikir, baca Al-Qur,an, puasa & ibadah-ibadah lain lainnya yang luar biasa.

Do’anya mustajab sehingga dapat menjadi jalan pertolongan Allah bagi sesamanya. Kekuatan pendengaran, pandangan & tenaga jasadnya dapat menjadi luar biasa. Bahkan, ia terkadang diberi karunia oleh Allah SWT dapat mengetahui sesuatu yang tersembunyi atau belum terjadi.

Rosulullah SAW bersabda, bahwa Allah SWT berfirman (dalam Hadits Qudsy):”Tidaklah seorang hamba taqurrub (mendekat) kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai dari pada dengan segala sesuatu yang Aku wajibkan atasnya. Dan terus-menerus hamba-Ku taqorrub kepadap-Ku dengan amal-amal sunnah sehingga Aku mencintainya. Ketika Aku telah mencintai- Nya, maka Aku menjadi pendengaran-Nya yang dengannya ia mendengar, menjadi matanya yang dengannya ia melihat, menjadi tangannya yang dengannya ia memukul & menjadi kakinya yang dengannya ia berjalan.

Dan sungguh, jika ia memohon kepada-Ku, niscaya akan Aku akan memberikannya, dan jika ia memohon perlindungan kepada-Ku, niscaya Aku akan melindunginya” (HR. Buhkhari). Semoga Allah SWT membersihkan ruh kita dan memberikannya derajat yang tinggi di sisi-Nya.  
Wallaahu A’lam Bisshowaab.
(H. M. Shoffar Mawardi)
 

No comments: